Kamis, 27 Oktober 2011

USAHA KESEHATAN SEKOLAH Gubernur Jatim: Hentikan Peredaran "Susu Beracun"

SURABAYA (Suara Karya): Gubernur Jawa Timur (Jatim) Soekarwo mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kediri untuk segera menghentikan peredaran susu merek Jenius yang telah menyebabkan banyak siswa SD keracunan.

Orang nomor satu di Jawa Timur itu juga meminta agar program pemberian susu produksi salah satu rekanan pemkab yang disebut-sebut milik keluarga Bupati Kediri, Haryanti Sutrisno, tersebut dihentikan.
Pemprov Jatim sendiri sudah memerintahkan tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim untuk melakukan pemeriksaan sampel susu tersebut di Kediri. "Saya sudah perintahkan agar produk itu segera ditarik dari pasaran dan peredarannya dihentikan sambil menunggu hasil pemeriksaan laboratorium," ujarnya di sela-sela peringatan Hari Listrik Nasional di Lapangan Jatim Expo, Surabaya, Kamis (27/10).
Sekitar 57 anak dari dua sekolah, yaitu SDN Gadungan III dan SD NU Watugede, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, keracunan setelah minum susu produksi PT Vitindoriz HS Ekonomi, Selasa (25/10) lalu. Bahkan, sehari setelahnya, Rabu (26/10), juga terjadi keracunan menimpa anak-anak di SDN Kayunan, Kecamatan Plosoklaten. Pemberian susu gratis kemasan gelas 125 ml itu merupakan bagian dari program bantuan susu usaha kesehatan sekolah (UKS).
Para siswa yang baru saja menikmati susu gratis berjargon "Kualitas Tidak Diragukan" itu mendadak mengeluh pusing, mual, dan muntah-muntah. Sebagian yang lain menangis sambil memegangi perut yang dirasakan sangat melilit. Dari 57 siswa yang tumbang, tujuh dilarikan ke RSUD Pare dan dua lainnya ke RS HVA Tulungrejo Pare.
Kasus itu bukan yang pertama kali terjadi. Pada Oktober 2011 ini sudah dua kali terjadi. Sebelumnya keracunan itu menimpa siswa SDN Gadungan IV.
Untuk memastikan kandungan susu yang telah meracuni hingga ratusan siswa sejak 2006 lalu itu, Gubernur Jatim mengaku masih harus menunggu hasil penelitian laboratorium. Jika hasil penelitian menemukan unsur berbahaya, pihaknya memutuskan untuk menghentikan program pemberian susu tersebut. "Kita ingin melindungi masyarakat, itu yang penting," ujarnya.
Pada Desember 2006 lalu, saat pemerintahan Bupati Sutrisno, kasus serupa menimpa SD Negeri I Tiron, Kecamatan Banyakan. Namun, bupati yang juga suami dari Bupati Kediri yang menjabat saat ini, Haryanti, menampik dengan dalih ada sabotase dalam kasus keracunan itu.
Informasi yang dihimpun menyebutkan, produsen susu yang berlokasi di Desa Sumberjo, Kecamatan Ngasem, Kediri, itu ternyata sudah menjadi rekanan tetap pemkab setempat sejak tujuh tahun silam. Susu yang harganya Rp 2.000 per gelas atau lebih mahal dibanding harga rata-rata yang hanya Rp 1.500 itu, oleh sejumlah warga disebutkan, rasanya tak seenak susu kemasan yang lain.
Tetapi uniknya, susu itu tetap dibagikan kepada para siswa SD dan madrasah ibtidaiyah (MI) dalam program pemberian susu yang menyerap anggaran Rp 300 juta per tahun itu. Program serupa rencananya juga akan diterapkan tahun depan dengan alokasi anggaran yang sama.
Khusus untuk 2011, sebanyak 75 sekolah dijadwalkan menjadi peserta program tersebut. Total siswa yang akan mendapat jatah susu gratis itu mencapai 14.000 siswa, yang pelaksanaannya dibagikan secara bertahap sejak Agustus lalu.
Terkait itu, Kepolisian Resor (Polres) Kediri, Jawa Timur, belum menetapkan status tersangka dalam kasus keracunan susu merek Jenius program dari pemerintah setempat.
"Kami masih melakukan pemeriksaan dalam kasus ini. Sampai saat ini masih memeriksa saksi-saksi. Ada 11 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan murid," kata Kapolres Kediri AKBP Heri Wahono di Kediri, Kamis.
Ia mengatakan, para saksi yang diperiksa keseluruhan adalah dari SDN Gadungan III, tempat keracunan diketahui terjadi. Untuk saat ini, polisi belum melakukan pemeriksaan kepada manajemen produk susu karena masih menunggu kepastian hasil pemeriksaan laboratorium forensik. (Andira) 
 
Sumber : Suara Karya

0 komentar:

Posting Komentar