Rabu, 26 Oktober 2011

Sanitasi Buruk, Penyakit Bermunculan

Kompas.com - Masyarakat hendaknya mewaspadai penyebaran penyakit yang terkait dengan kualitas air. Apalagi saat ini lebih dari 70 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses terhadap sanitasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari seperempat penduduk Indonesia membuang tinja di sungai dan tanah. Hal itu mengakibatkan air sungai di perkotaan setiap hari dicemari ribuan ton tinja dan urin.
Bukan hanya air sungai, air tanah di perkotaan pun dinilai belum layak dikonsumsi. Hasil penelitian yang dilakukan Unilever bersama Sucofindo menyebutkan 48 persen air tanah di Jabodetabek dan Bandung positif tercemar E.coli, bakteri penyebab utama diare.
"Penyebab utama diare adalah tinja manusia. Karena itu harus diupayakan agar tinja ini jangan sampai mengontaminasi media lain yang bisa masuk ke tubuh manusia, seperti air minum," kata Dr.Budi Haryanto, dari Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Menurut dr.IBN Banjar, Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta, air minum seharusnya memenuhi berbagai syarat agar bisa disebut layak konsumsi, antara lain tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat.
"Walau air dari sumber alam bisa diminum manusia, tapi terdapat risiko air ini telah tercemar oleh bakteri atau logam berat," katanya dalam acara penyerahan bantuan 700 unit sarana pengolahan air Pureit dari PT.Unilever kepada seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah di wilayah DKI Jakarta, Rabu (26/10/11).
Selain diare, air yang tercemar bakteri juga bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti demam tifus, paratipus, hepatitis, iritasi lambung, kolera, hingga anemia.
Untuk itu sosialisasi akan pentingnya pengolahan air perlu terus digalakan. Selain memastikan air yang dikonsumsi aman dari cemaran, perilaku buang air besar di jamban dan hidup bersih sangat efektif memutus rantai penularan penyakit.

0 komentar:

Posting Komentar